Identik dengan Perpeloncoan dan Kekerasan, Berikut Sejarah Ospek

Bagi civitas akademika, tentu sudah tidak asing dengan kegiatan ospek.

Esensi dari kegiatan orientasi studi dan pengenalan lingkungan kampus ini adalah semacam ritual bagi siswa yang baru memasuki gerbang ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kegiatan tersebut sudah ada sejak lama dan berkembang dari masa ke masa.

Memang belum ada sumber kredibel yang menegaskan kapan ospek pertama kali muncul.

Namun dikutip dari penelitian berjudul “Ospek dan Fenomena Kekerasan” (2010), Nurcholis Madjid memaparkan tradisi ini bermula dari Universitas Cambridge.

Mahasiswa di kampus yang berbasis di Inggris ini mayoritas berasal dari anak bangsawan yang borjuis.

Kondisi itu membuat mereka bertindak semena-mena dengan tak mengindahkan segala bentuk peraturan kampus.

Pihak kampus kemudian membuat kebijakan, yakni setiap mahasiswa baru yang masuk harus melewati tradisi ospek terlebih dahulu.

Sementara di Amerika Serikat, Susan Lipkins dalam bukunya Menumpas Kekerasan Pelajar dan Mahasiswa Menghentikan Perpeloncoan di Sekolah (20016) menjelaskan bahwa kegiatan sejenis ospek terjadi ketika para mahasiswa Oxford University berkunjung ke Harvard sekitar 1700-an.

Mereka memperkenalkan fagging–murid muda melayani murid yang lebih tua atau senior.

Kapan Ospek Masuk ke Indonesia? Kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus masuk ke Indonesia sejak lama dan telah menjadi budaya sejak zaman kolonial.

Ditulis dalam novel Siti Nurbaya (1920), ospek yang identik dengan perpeloncoan diterapkan di salah satu institusi pendidikan/sekolah dokter Jawa (STOVIA) di Kota Batavia sekitar tahun 1898.

Dalam novel legendaris tersebut, Marah Rusli menggambarkan Samsul Bahri diplonco sebagai calon pelajar di sekolah yang saat ini berubah namanya menjadi Universitas Indonesia.

Lalu pada 1927 hingga 1945, seperti dilansir dari berbagai sumber, Institusi Geneeskundige Hoogeschool te Batavia melakukan perubahan terhadap kegiatan ospek dengan lebih formal dan sifatnya tidak memaksa pada mahasiswa baru.

Sekitar 1950-an, tradisi ospek kian berkembang di kampus-kampus Indonesia dan mengalami berbagai perubahan nama.

Menurut SK Menteri P&K Nomor 043/1971, nama Mapram (Masa Pramahasiswa) diganti menjadi Pekan Orientasi Studi (POS).

Tepatnya setelah terjadi penyiraman soda api terhadap 19 dari 424 mahasiswa baru di ITS Surabaya.

Meski kekerasan tetap terjadi, selanjutnya POS diubah OS (Orientasi Studi), dan terakhir sejak tahun 1990-an ada nama baru, yakni ospek sampai sekarang.

HARIS SETYAWAN

Tinggalkan Balasan